Minggu, 14 Juni 2015

Makalah Aliran Isis menurut pandangan Agama dan Filsafat Ilmu



Makalah

Aliran ISIS menurut Pandangan Agama dan Filsafat Ilmu
Untuk memenuhi salah satu tugas individu (UTS) mata kuliah Filsafat Ilmu



Disusun Oleh:
Tasya Nanda Utami (132101723)
Semester IV/PAI F


Dosen pengampu:
Dra. Ummi Kultsum, M.Pd





INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2014-2015






KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat Iman dan Islam kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul dalam pertemuan yang Insya Allah dimuliakan oleh Nya.

Shalawat dan Salam semoga tetap terlimpah curah kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW. Kepada para sahabatnya para Tabi’it Tabi’innya dan semoga kepada kita selaku ummatnya mendapatkan syafa’atul udzma di Yaumil Jaza. Amin

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Serang, Mei 2015


Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Negara-Negara di dunia akhir-akhir ini seakan di kagetkan dengan kehadiran suatu kelompok agama baru yang berlandaskan islam. Kelompok agama ini dianggap oleh Negara-Negara Internasional adalah kelompok agama yang radikal, bahkan ada yang menyebutkan bahwa kelompok ini adalah teroris. Kelompok agama ini adalah dalam bahasa Arab, negara ini disebut دوله الاسلاميةفي العراق والشام (Daulah Islamiyyah fie Iraq wa Syam), atau dalam bahasa Inggris ditulis dalam beberapa versi. Ada yang menyebutnya Islamic State in Iraq and the Levant (ISIL), Islamic State in Iraq and Syria (ISIS), dan ada juga yang menyebutnya Islamic State in Iraq and al-Shām (juga disingkat ISIS)  adalah sebuah negara dan kelompok militan jihad yang tidak diakui di Irak dan Suriah.
ISIS ini seolah menjadi masalah besar dan baru bagi Negara-negara internasional. Hal ini dikarenakan ISIS merupakan kelompok yang didukung dan didirikan oleh berbagai kelompok pemberontak Sunni, termasuk Dewan Syura Mujahidin dan Al-Qaeda di Irak (AQI), termasuk kelompok pemberontak Jaysh al-Fatiheen, Jund al-Sahaba, Katbiyan Ansar Al-Tawhid wal Sunnah dan Jeish al-Taiifa al-Mansoura, dan sejumlah suku yang mengaku Sunni. ISIS dikenal karena memiliki interpretasi atau tafsir yang keras pada Islam dan mengajarkan kekerasan untuk mencapai tujuannya, seperti melalui bom bunuh diri, menyiksa dan memukuli orang yang tidak sependapat, serta dengan menjarah bank. Target serangan ISIS diarahkan terutama terhadap Muslim Syiah.
Perkembangan pergerakan ISIS inipun dirasakan oleh bangsa Indonesia, dimana sudah ada saudara kita yang mengikrarkan bahwa mereka bergabung kepada kelompok ISIS ini bahkan merekapun mengajak warga Negara Indonesia lainnya untuk mau bergabung bersama mereka ini. Kontroversi keberadaan organisasi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) merebak belakangan ini, setelah beredar video di youtube yang menayangkan pria berbahasa Indonesia mengajak untuk bergabung dengan ISIS. Kekhawatiran kemudian muncul terkait apakah isu ISIS ini dimunculkan hanya untuk mengalihkan perhatian publik dari pilpres 2014 yang saat ini prosesnya tengah dibahas di MK. 
Berita dan perbincangan mengenai ISIS juga mendominasi headline surat kabar maupun media elektronik, mengalahkan kabar mengenai virus ebola yang telah menewaskan lebih dari 700 orang di Afrika. Pihak pemerintah melalui Kementerian Agama telah mengumpulkan berbagai Ormas Islam untuk menangkal eksistensi ISIS di Indonesia.
Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan juga telah  mengumpulkan pimpinan BNPT, BIN, Polri, TNI, dan Kementerian Pertahanan untuk membuat langkah strategis dalam menangani potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari adanya organisasi ini. Pada Sabtu, 9 Agustus 2014 lalu, Menteri Agama telah bertemu dengan hampir semua organisasi masyarakat dan organisasi kepemudaan yang berazaskan Islam seperti NU, Muhammadiyah, Persis, FPI, Forum Umat Islam, HMI, KAMMI, dan lainnya. Pada forum tersebut disepakati bahwa ISIS merupakan gerakan yang radikal dan tidak sesuai dengan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Menag dan ormas Islam juga sependapat untuk menolak keberadaan gerakan ISIS di bumi Indonesia. Menag bahkan mengancam akan mencabut kewarganegaraan orang yang berangkat ke Irak/Suriah dalam rangka bergabung dengan ISIS.
Untuk lebih memperdalam pemahaman kita mengenai, apa itu ISIS sebenarnya, bagaimana mereka terbentuk, bagaimana pandangan menurut Agama dan Filsafat Ilmu.

B.     PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalah diatas, maka dapat ditarik beberapa masalah yang akan menjadi pembahasan, yakni sebagia berikut :
1.      Apa itu Aliran ISIS?
2.      Bagaimana sejarah terbentuknya ISIS?
3.      Apa Tujuan Aliran Isis?
4.      Bagaimana Pendapat menurut Agama Mengenai Aliran Isis?
5.      Apa pandangan Aliran Isis menurut pandangan Filsafat Ilmu?

C.    TUJUAN PENULISAN
Merujuk pada latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah:
1.      Memenuhi kriteria penilaian unsur tugas pada mata kuliah Opini Publik
2.      Dapat lebih memahami apa itu ISIS, bagaimana sejarah terbentuknya ISIS
3.      Dapat mengetahui Tujuan Aliran ISIS
4.      Dapat mengetahui pendapat-pendapat menurut kacamata Agama Islam  mengenai Aliran ISIS
5.      Dapat mengetahui pandangan ISIS menurut Filsafat Ilmu



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Ideologi Dan Kepercayaan
ISIS adalah kelompok ekstremis yang mengikuti ideologi garis keras Al-Qaidah dan menyimpang dari prinsip-prinsip jihad.[1] Seperti al-Qaeda dan banyak kelompok jihad modern lainnya, ISIS muncul dari ideologi Ikhwanul Muslimin, kelompok Islam pertama di dunia pada tahun 1920-an di Mesir.[2] ISIS mengikuti ekstrim anti-Barat yang menurutnya sebagai penafsiran Islam, mempromosikan kekerasan agama dan menganggap mereka yang tidak setuju dengan tafsirannya sebagai kafir dan murtad. Secara bersamaan, ISIS (sekarang IS) bertujuan untuk mendirikan negara Islam Salafi yang berorientasi di Irak, Suriah dan bagian lain dari Syam.
Ideologi ISIS berasal dari cabang Islam modern yang bertujuan untuk kembali ke masa-masa awal Islam, menolak "inovasi" dalam agama yang mereka percaya telah "korup" dari semangat aslinya. Mereka mengutuk kekhalifahan terakhir dan kekaisaran Utsmaniyah (Ottoman Empire; sekarang Republik Turki) karena menyimpang dari apa yang mereka sebut sebagai Islam murni dan karenanya telah berusaha untuk membangun kekhalifahan sendiri.[3] Namun, ada beberapa komentator Sunni, Zaid Hamid, misalnya, dan bahkan Salafi dan mufti jihad seperti Adnan al-Aroor dan Abu Basir al-Tartusi, yang mengatakan bahwa ISIS dan kelompok teroris yang terkait tidak mempresentasikan Sunni sama sekali, tapi menuduh Khawarij bidah yang melayani agenda kekaisaran anti-Islam.
Salafi seperti ISIS percaya bahwa hanya otoritas yang sah dapat melakukan kepemimpinan jihad, dan bahwa prioritas pertama atas pertempuran di daerah lain, seperti berperang melawan negara-negara non-Muslim, adalah sebagai pemurnian masyarakat Islam. Misalnya, ketika memandang konflik Israel-Palestina, karena ISIS menganggap kelompok Sunni Palestina Hamas sebagai murtad yang tidak memiliki kewenangan yang sah untuk memimpin jihad, mereka anggap melawan Hamas sebagai langkah pertama sebelum menuju konfrontasi dengan Israel.[4]

B.     SEJARAH ISIS
ISIS (Islamic State Of Iraq And Suriah) merupakan organisasi islam yang bertujuan mendirikan Negara Islam namun bersimpangan dengan ajaran Islam yang sesungguhnya. ISIS pertama kali dibentuk di wilayah Timur Tengah yang dipimpin oleh Abu Bakar Al-Baghdadi.
ISIS adalah kelompok / organisasi gerilyawan Islam Irak dan Suriah, ISIS terbentuk dari akibat invansi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003. Setelah pendudukan Amerika Serikat di Irak, membuat negara tersebut porak poranda perekonomian lumpuh, bangunan-bangunan pemerintahan hancur akibat serangan AS, dan dilema pemerintahan kekosongan kepala negara karena Saddam Hussein ditangkap.
Amerika tidak mempunyai rencana yang matang membangun negara tersebut, Sejak itu kaum mayoritas Syiah mengambil alih kekuasaan dan pada gilirannya merepresi golongan Sunni. Tentu saja kalangan Sunni tidak diam saja. Pemberontakan kalangan Sunni mulai muncul. Kelompok teroris seperti Al Qaeda masuk ke Irak dan kelompok-kelompok pemberontak lokal yang terdiri dari kalangan minoritas Sunni mulai bertempur melawan tentara AS. Irak pun jatuh dalam perang saudara berdarah tahun 2006. Sejak itu, warga Irak terbelah berdasarkan agama, Sunni yang umumnya tinggal di utara dan Syiah yang umumnya di selatan. 
Arab Saudi dan Iran merupakan dua pemain penting dalam Sunni dan Syiah. Kedua negara itu tidak punya pemisahan antara agama dan negara, masalah dalam negeri dan uang yang banyak dari minyak. Kedua negara menyokong kelompok-kelompok yang bertempur melawan kelompok lain yang berbeda orientasi agama. Salah satu organisasi teroris yang disokong Saudi adalah Negara Islam Irak (ISI). Tahun 2010, Arab Spring pecah dan mengubah situasi di Timur Tengah. Namun, di Suriah, diktator Bashar Al Assad yang berasal dari kalangan Syiah tidak berpikir akan mundur dari jabatannya. Perang sudara pun terjadi. Tentara Assad membunuh rakyat mereka sendiri. Semakin lama perang itu berlangsung, semakin banyak kelompok-kelompok milisi asing bergabung dalam peperangan itu. Kebanyakan dari mereka datang karena alasan agama. Mereka bertujuan dapat mendirikan sebuah negara Islam di kawasan itu.
Salah satu dari kelompok itu adalah ISI, yang sekarang menjadi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Mereka sudah berperang di Irak selama beberapa tahun dan punya ribuan tentara yang terlatih baik dan fanatik. Mereka telah menguasai Irak utara dan sangat berhasrat untuk mendirikan negara berdasarkan agama yang mereka kelola sendiri. Kedatangan mereka mengubah perang di Suriah ke situasi yang tidak pernah diduga orang sebelumnya. ISIS sangat brutal dan radikal sehingga kelompok itu segara terlibat peperangan dengan hampir semua faksi lainnya dalam kalangan pemberontak Suriah. Mereka menyerang dan membunuh anggota kelompok teroris lainnya. Di wilayah yang dikuasai, mereka mendirikan negara Islam dengan aturan yang sangat keras, bahkan jika dibandingkan dengan Al Qaeda. Arab Saudi pun terkejut dan menarik dukungannya.
ISIS merupakan negara baru yang dideklarasikan oleh Abu Bakar al-Baghdady pada tanggal 9 April 2013, menyusul terjadinya perang saudara di Irak dan Suriah. Tentu saja proklamasi kemerdekaan ini masih bersifat sepihak, dimana Pemerintah Suriah dan Pemerintah Irak tak merestuinya. Begitu pula Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sama sekali belum mengakuinya sebagai negara yang berdaulat.
Jadi dalam sebuah ironi tragis sejarah, invasi AS justru melahirkan kaum teroris yang pada awal hendak disingkirkan AS. Kini, Irak malah menjadi lokasi sempurna pelatihan terorisme. Banyak kalangan internasional yang menduga bahwa ISIS ada dibawah kendali CIA untuk melancarkan propaganda politik memecah persatuan Islam. Bahkan ISIS dengan cepat masuk di Indonesia dan mulai menampakkan diri di publik.
Dalam bahasa Arab, negara ini disebut دوله الاسلاميةفي العراق والشام (Daulah Islamiyyah fie Iraq wa Syam), atau dalam bahasa Inggris ditulis dalam beberapa versi. Ada yang menyebutnya Islamic State in Iraq and the Levant (ISIL), Islamic State in Iraq and Syria (ISIS), dan ada juga yang menyebutnya Islamic State in Iraq and al-Shām (juga disingkat ISIS). ISIS baru-baru ini memutuskan bahwa sudah saatnya menguasai wilayah yang lebih luas di Irak. Sejak AS meninggalkan Irak, Perdana Menteri Nouri Al Maliki dari kalangan Syiah telah memonopoli kekuasaan dan sedapat mungkin mendiskriminasi golongan Sunni. Pemerintah Irak secara luas dinilai korup, tidak becus, dan tentu saja dibenci oleh sebagian besar warga negara itu.
Meski secara de jure belum diakui negara-negara lain, faktanya ISIS telah menguasai wilayah seluas 400.000 km2, yang meliputi wilayah di Irak dan Suriah. Untuk sementara, Kota Raqqah yang berada di Suriah ditetapkan sebagai ibu kota negara.
Militer Irak mempunyai 300.000 tentara yang dibentuk dengan menghabiskan 25 miliar dollar AS uang pajak, tetapi mereka tidak loyal kepada pemerintahnya dan telah mundur atau bubar. Sejumlah kota di negara itu pun jatuh ke tangan ISIS yang telah mengumumkan bahwa siapa saja yang menentang mereka akan dibunuh. ISIS telah membuktikan bahwa mereka serius dengan ancaman tersebut. 
Daerah kekuasaan ISIS yang disimbolkan dengan warna merah di atas terbagi menjadi 16 wilayah administrasi, dengan rincian sebagai berikut:
Daerah kekuasaan ISIS di Irak :

1.      Wilayah Selatan
2.      Wilayah Diyala
3.      Wilayah Baghdad
4.      Wilayah Kirkuk
5.      Wilayah Salahuddin
6.      Wilayah Anbar
7.      Wilayah Ninewa.

Daerah kekuasaan ISIS di Suriah :

1.      Wilayah Al Barakah (Hasaka)
2.      Wilayah Al Kheir (Deir al Zour)
3.      Wilayah Al Raqqah
4.      Wilayah Al Badiya
5.      Wilayah Halab (Aleppo)
6.      Wilayah Idlib
7.      Wilayah Hama
8.      Wilayah Damaskus

Pada 24 Juni 2014, ISIS merebut sebagian wilayah Irak, termasuk kota Mosul, kota terbesar kedua di negara itu. Mereka menguras ratusan juta dana dari bank-bank yang mereka kuasai. Pengurasan dana bank itu membuat mereka menjadi kelompok teroris terkaya di dunia.

ISIS sedang berperang melawan pemerintah Irak dan telah mengambil alih sejumlah kota di negara itu. Kelompok tersebut sedang berupaya untuk membangun sebuah khalifah Islam yang mencakup sebagian wilayah Irak dan Suriah dan sudah mulai memberlakukan hukum syariah di kota-kota yang dikuasanya.
ISIS telah mengancam akan menghancurkan setiap tempat-tempat suci yang dianggap tidak Islami. 

Keluarga-keluarga Kristen melarikan diri dari Mosul bulan ini setelah kelompok sempalan Al-Qaeda itu mengeluarkan ultimatum kepada orang Kristen Irak yang tinggal di sana: masuk Islam, membayar pajak atau mati. 
Menurut CNN, ISIS telah meledakkan beberapa situs suci Sunni dalam beberapa minggu terakhir di Mosul. Bulan lalu, kelompok itu menghancurkan tujuh tempat ibadah Syiah di kota Tal Afar yang didominasi Syiah Turkmen, sekitar 50 kilometer di sebelah barat Mosul, lapor Human Rights Watch yang mengutip sumber-sumber lokal.

Ledakan di makam Yunus itu terjadi pada hari yang sama saat delapan orang tewas dan dua lainnya luka-luka ketika jet tempur Irak mengebom sebuah toko di lingkungan Al-Dubat, kata Dr Mohammed Fadel, direktur rumah sakit utama Mosul.
Di pusat kota Baghdad, dua bom mobil meledak di sebuah jalan komersial yang sibuk di distrik Karrada. Sedikitnya empat orang tewas dan 14 lainnya terluka, kata petugas polisi di ibukota tersebut.
Masih hari Kamis, anggota parlemen Irak telah memilih Fuad Masum menjadi presiden negara itu. Masum adalah politikus kawakan Kurdi dan anggota senior dewan kepemimpinan Uni Patriotik Kurdistan. Dia telah menjadi anggota parlemen Irak sejak tahun 2005 dan kepala aliansi blok Kurdi di sana selama empat tahun terakhir. Wakil Presiden AS Joe Biden telah menelepon Masum untuk mengucapkan selamat.

C.    TUJUAN ISIS
Dari awal sampai pada pembentukan negara Islam murni telah menjadi salah satu tujuan utama dari ISIS. Salah satu "perbedaan yang signifikan" antara Front Al-Nusra dan ISIS adalah bahwa ISIS "cenderung lebih fokus pada membangun pemerintahan sendiri di wilayah yang ditaklukkan". Sementara kedua kelompok berbagi ambisi untuk membangun sebuah negara Islam, ISIS dengan "jauh lebih kejam melakukan serangan sektarian dan memaksakan hukum syariah secara segera". ISIS akhirnya mencapai tujuannya pada tanggal 29 Juni 2014, ketika itu dihapus "Irak dan Levant" dari namanya, dengan mulai menyebut dirinya sebagai Negara Islam, dan menyatakan wilayah okupasi di Irak dan Suriah sebagai kekhalifahan baru.
Pada tanggal 4 Juli 2014, Persatuan Ulama Muslim Se-Dunia (IUMS), yang dipimpin oleh Syaikh Yusuf Qaradhawi, mengeluarkan pernyataan bahwa deklarasi khilafah yang dilakukan ISIS untuk wilayah di Irak dan Suriah tidak sah secara syariah Islam.

D.    PANDANGAN AGAMA ISLAM TERHADAP ALIRAN ISIS

ü  Pandangan Ketua Umum Muhammadiyah
Din Syamsuddin selaku ketua umum Muhammadiyah, mengatakan bahwa ISIS bertentangan dengan kadiah Islam. Karenanya, umat Islam diminta untuk mewaspadai dan tidak terpengaruh dengan agitasi kelompok sektarian itu.
“ISIS menempuh cara-cara kekerasan, memaksakan kehendak, mengancam/meneror, dan membunuh orang yang tidak berdosa,” kata Din Syamsuddin, 4 Agustus 2014.[5]
Din Syamsuddin menegaskan, cara itu bertentangan dengan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tokoh Muhammadiyah ini juga meminta umat Islam seluruh dunia untuk menolak ISIS.


ü  Pandangan Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia
Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) beserta lembaga-lembaga yang bergabung dengannya berkewajiban untuk menyampaikan pandangan dan sikap sebagai nasihat bagi umat Islam Indonesia dan seluruh komponen masyarakat yang membutuhkannya sebagai berikut:
1.      Bahwa kekhilafahan ditegakkan untuk melaksanakan hukum syari’at secara kaffah, lurus dan benar dalam keadaan damai tanpa ada intimidasi; melindungi agama, jiwa, akal, harta, dan kelangsungan regenerasi umat; mewujudkan persaudaraan Islam yang hakiki, dan membangun peradaban dengan cahaya Islam.
2.      Bahwa Imamah bukan merupakan pokok agama dalam pandangan ahlu sunnah wal jamaah melainkan sebagai furu’ (cabang) agama, maka tidak boleh dijadikan alat untuk mengkafirkan bagi yang tidak setuju.
3.      Bahwa pelaksanaan pengangkatan seorang pemimpin menjadi Khalifah kaum muslimin (pembai’atan) harus melalui prosedur Musyawarah Ahlul Halli wal ‘Aqdi yang merepresentasikan para Ulama Islam sedunia, sebagaimana ditegaskan Khalifah Umar bin Khathab Radhiyallahu ‘anhu dalam shahih Bukhori bahwa beliau berkata: “Siapa yang membaiat seseorang tanpa musyawarah kaum muslimin, dia jangan diikuti, demikian pula yang membaiatnya, agar tidak terjerumus untuk dibunuh keduanya.”
4.      Bahwa pengangkatan pemimpin ISIS menjadi Khalifah tidak melalui prosedur musyawarah yang benar, yaitu ketidakjelasan identitas para Ahli Syura yang mengangkatnya maupun identitas pemimpin yang diangkatnya sebagai Khalifah dan Imam tertinggi Daulah Islamiyah itu sendiri. Dengan demikian pembai’atan itu itu sendiri tidak benar secara syar’i.
5.      Bahwa telah terjadi penolakan dan pengingkaran tentang keabsahan Khilafah Daulah Islamiyah bentukan ISIS yang dinyatakan oleh para Ulama dunia, baik yang berdomisili di wilayah Iraq dan Syam itu sendiri maupun di berbagai negeri muslim yang lain. seperti yang dinyatakan oleh Ittihad ‘Aalamy li ‘ulama al Muslimin (Persatuan ulama dunia Islam) yang dipimpin oleh Syekh Dr Yusuf Qardhawi, Rabithah ulama Muslimin Ikatan Ulama Islam sedunia, Syekh Abdullah bin Muhammad bin Sulaiman Al Muhaisini, Ketua Rabithah Ulama Syam Syekh Usamah Rifa’i dan Syekh Abdul Muhsin bin Al ‘Abbad.
6.      Menyerukan kepada seluruh kaum muslimin untuk tidak latah ikut-ikutan tanpa dasar ilmu yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan, serta harus tetap waspada dan tidak terprovokasi dengan isu-isu yang dikembangkan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab yang hendak memecah belah dan memancing situasi konflik dan disintegrasi internal umat Islam di negara Indonesia. Serta berprasangka baik dan bersikap adil terhadap saudara-saudara muslim yang sedang memperjuangkan harga diri dan kehormatan Islam di Irak, Syam dan seluruh dunia, sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT dalam Al Maidah ayat 8: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”(QS: Al-Maidah Ayat: 8)
7.      Menyerukan kepada ormas-ormas Islam agar bersama-sama berperan aktif meningkatkan kerjasama dan koordinasi dalam membangun situasi yang kondusif, tenang, damai, penuh kekeluargaan serta persahabatan di tengah umat dan bangsa.
8.      Menghimbau Pemerintah Indonesia agar tetap bersikap bijak, adil dan transparan dalam menangani kemungkinan terjadinya ekses negatif dari deklarasi Kekhalifah ISIS tersebut sehingga adanya kesalahfahaman di sebagian kalangan kaum muslimin di Indonesia tidak memicu potensi konflik yang lebih besar lagi.
9.      Menyerukan kepada seluruh masyarakat, khususnya lembaga-lembaga sosial dan kemanusiaan untuk tetap konsisten membantu rakyat korban bencana kemanusiaan di Suriah dan Palestina.
10.  Mendoakan semua pihak yang terlanjur terlibat dengan tanpa dasar ilmu, semoga Allah SWT memberi taufiq dan hidayahnya kepada kita semua agar dapat kembali ke jalan yang benar yang diridhainya dan mengampuni segala khilaf dan kelemahan kita semua. Amin.



ü  Pandangan ketua Umum Nadhatul Ulama
“Ini (ISIS) adalah gerakan ekstrim yang tidak menghormati kedaulatan negara,” Ia juga gerakan politik yang bisa mengancam kedaulatan dan konstitusi. ISIS termasuk dalam kategori gerakan transnasional politik agama. Itulah sebabnya organisasi ini dinilai sangat berbahaya. “Sistem negara itu berbeda-beda, kalau dipaksakan bisa merusak konstitusi dan integritas negara lainnya,”.[6]

E.     PANDANGAN FILSAFAT ILMU TERHADAP ALIRAN ISIS
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu[7].
John Macmurray
Filsafat ilmu terutama bersangkutan dengan pemeriksaan kritis terhadap pandangan-pandangan umum, prasangka-prasangka alamiah yang terkandung dalam asumsi-asumsi ilmu atau yang berasal dari keasyikan dengan ilmu.
Berfilsafat yakni berfikir keras dan cerdas tentang ilmu dan berusaha untuk menjelaskan masalah-masalah mengenai Apa dan bagaimana tenntang konsep dilahirkan dan pernyataan yang ilmiah, bagaimana konsep tersesbut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi, cara menentukan validitas dari sebuah informasi, formulasi dan penggunaan metode ilmiah, macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan, serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi.

Ontologi adalah Teori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran.

Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan, bagaimana kita mengetahui benda-benda, Contoh beberapa pernyataan yang menggunakan kata “tahu” yang berdeda sumber maupun validitasnya:
·         Tentu saja saya tahu ia sakit, karena saya melihatnya;
·         Percayalah, saya tahu apa yang saya bicarakan;
·         Kami tahu mobilnya baru, karena baru kemarin kami menaikinya.

Aksiologi adalah cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.[8]
Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori tentang nilai.
Pertanyaan di wilayah ini menyangkut, antara lain:
·         Untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan?
·         Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral?
·         Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
·         Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan professional? (filsafat etika).

Pandangan Isis menurut kacamata Filsafat Ilmu yang berkaitan dengan ontology, epistimologi, dan aksiologi.
Dari Segi ruang lingkup ontology ISIS ialah organisasi/kelompok agama  yang Radikal IRAK dan SURIAH yang ingin menciptakan kembali sitem kekhalifahan di Era Modern ini setelah Mustafa Kemal Fasha At-Taturk (seorang perwira militer dan negarawan Turki yang memimpin revolusi Negara) juga presiden pertama di Turki yang memecah daulah kekhalifahan islamiyah pada saat itu tidak ada pemerintahan di setiap negara Islam hanya satu daulah Bani Abasiyyah yang mengendalikan wilayah Islam secara Keseluruhan yang bertempat di Bagdad yaitu Ibukota Irak dia memutuskan hubungan dengan daerah-daerah luar Irak, kelompok / organisasi gerilyawan Islam Irak dan Suriah dengan cara-cara yang dilakukan tetapi tidak menjurus pada suatu kebenaran ISIS menghalalkan dan melakukan penumpahan darah orang-orang Islam dan non-Muslim, sebagaimana dilansir FNA Ahad, ISIS sangat mencoreng citra Ahlussunnah, sangat melecehkan Islam, dan memperkenalkan Islam sebagai agama main-main, sia-sia, pembunuhan dan pembantaian orang lain, sebab seorang Muslim tidak akan membunuh Muslim lainnya, dan hanya berperang dengan non-Muslim apabila pihak lawan memulai perang, dari cara-cara sperti itu yang sifatnya Radikal dan sparatis Realitas ISIS hanya menggunakan label ISLAM tetapi tidak menggunakan ajaran-ajaran yang sesuai dengan Syariat Islam.
Dari segi epistimologi ISIS ialah pengetahuan yang bisa dikaji kita mengetahui ada kelompok ISIS dari Media Elektronik (social) Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) membunuh lima orang wartawan sebuah stasiun televisi Libya di wilayah timur negeri itu. Demikian penjelasan seorang komandan angkatan darat Libya, Senin (27/4/2015). Kelima wartawan itu sudah menghilang sejak Agustus tahun lalu, saat mereka meninggalkan kota Tobruk setelah meliput pelantikan parlemen negeri itu. Usai liputan ke Tobruk, kelima jurnalis itu sedianya akan menuju kota Benghazi dan melewati kota Derna, salah satu basis kelompok militan.[9] Dari segi Epistimologi ini kita sudah mengetahui melalui Media Elektronik (social) ISIS sudah membunuh banyak orang Islam maupun non-Islam, pengetahuan yang sudah diketahui Aliran ISIS Mereka hanya meletakkan nama Muslim pada diri mereka, namun mereka sama sekali tidak memahami agama Islam yang hakiki.
kemudian dari segi Aksiologi mengenai Aliran ISIS setelah kita mengetahui bahwa aliran ekstremis yang menyimpang dari prinsip-prinsip jihad bertujuan untuk mendirikan negara Islam Salafi yang berorientasi di Irak, Suriah dan bagian lain dari Syam itu melenceng dari sumber ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad untuk tidak mengikuti ajaran ini, dalam pembahasan ruang lingkup dari segi aksilogi untuk apa ilmu pengetahuan digunakan hanya untuk diketahui oleh Umat Islam bahwa ajaran yang pertama kali (ISIS) dibentuk di wilayah Timur Tengah yang dipimpin oleh Abu Bakar Al-Baghdadi itu tidak sesuai dengan Makna Jihad yang sebenarnya.



BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
ISIS memiliki konsep yang salah dan cenderung ekstrem. Kelompok ini beranggapan,  siapa pun yang tidak berada di lingkungan mereka dianggap sesat sehingga harta dan benda orang di luar golongan itu dianggap halal ISIS telah menguasai beberapa daerah yang ada di Irak dan Suriah mereka membuat hotel termewah berbintang dan dananya dari beberapa bank mereka memalak ini tidak menunjukan bahwa ia melakukan Syariat Islam secara Kaffah melainkan sebaliknya. ISIS memiliki tujuan untuk membentuk Daulah Islamiyah atau negara Islam dalam pimpinan satu Khalifah. Saat ini ISIS dipimpin Abu Bakar Al Baghdady. Padahal dalam syariatnya seorang Khalifah itu diangkat melalui Ahlul Akdi wal Aqli. Ini mungkin yang membedakan konsep Khilafah yang digulirkan oleh Ikhawanul Muslimin dan Hizbut Tahrir. ISIS juga banyak menghancurkan tempat-tempat Ibadah umat muslim Ahli Sunnah yang mereka anggap adalah tempat Ibadah Syiah (Mereka bersouzon dan dengan unsure kesengajaan).
Mereka bukan umat Islam, karena seandainya mereka memahami Islam maka mereka tidak akan berbuat sedemikian rupa. Mereka hanya meletakkan nama Muslim pada diri mereka, namun mereka sama sekali tidak memahami agama Islam yang hakiki. Jika mereka memahami agama islam yang hakiki mereka tidak akan pernah membunuh banyak orang Muslim maupun non-muslim kecuali dengan alas an yang jelas salah satu kasus ketika 5 orang yang sedang meliput ke daerah ISIS mereka tiba-tiba menghilang dan sudah ditemukan bahwa mereka sudah terbunuh mereka dari Negara Libya.
ISIS tidak mewakili Ahlussunnah karena mazhab Ahlussunnah tidak melanggarkan hal-hal yang diharamkan Allah dan tidak menganiaya orang-orang yang tak berdosa, apalagi umat Islam sendiri, sedangkan ISIS menghalalkan dan melakukan penumpahan darah orang-orang Islam dan non-Muslim, ISIS sangat mencoreng citra Ahlussunnah, sangat melecehkan Islam, dan memperkenalkan Islam sebagai agama main-main, sia-sia, pembunuhan dan pembantaian orang lain, sebab seorang Muslim tidak akan membunuh Muslim lainnya, dan hanya berperang dengan non-Muslim apabila pihak lawan memulai perang.
Kekhilafahan ditegakkan untuk melaksanakan hukum syari’at secara kaffah, lurus dan benar dalam keadaan damai tanpa ada intimidasi melindungi agama, jiwa, akal, harta, dan kelangsungan regenerasi umat mewujudkan persaudaraan Islam yang hakiki, dan membangun peradaban dengan cahaya Islam sedangkan ISIS tidak melaksanakan hukum Syari’at secara benar mereka mengintimidasi banyak orang sehingga banyak orang ketakutan (khususnya didaerah IRAK) jika tidak mengikuti dan mendukung ISIS dan ikut serta membangun daulah/Negara Islam. Semestinya mereka mewujudkan persaudaraan Islam.
Pelaksanaan pengangkatan seorang pemimpin menjadi Khalifah kaum muslimin (pembai’atan) harus melalui prosedur Musyawarah Ahlul Halli wal ‘Aqdi yang merepresentasikan para Ulama Islam sedunia, sebagaimana ditegaskan Khalifah Umar bin Khathab Radhiyallahu ‘anhu dalam shahih Bukhori bahwa beliau berkata: “Siapa yang membaiat seseorang tanpa musyawarah kaum muslimin, dia jangan diikuti, demikian pula yang membaiatnya, agar tidak terjerumus untuk dibunuh keduanya”, tidak ada pembaiatan yang mesti dilakukan Ahlul Halli Wal Aqdi terhadap ABU BAKAR AL-BAGHDADY (Pemimpin ISIS).
Kekejaman Luar Biasa Tak berbeda dengan Israel, ISIS pun telah melakukan aksi kekejaman di sejumlah negara di Timur Tengah, seperti Suriah, Irak, Yaman, Libya, dan Afghanistan. ISIS bukan hanya membantai manusia dengan berondongan senapan mesin, roket, dan bom, tapi ISIS juga sampai hati menyembelih manusia dan memisahkan kepala dari tubuhnya hanya dengan menggunakan pisau tumpul. ISIS juga akan tetap membunuh para korbannya meski mereka dalam kondisi lemah dan telah meratap minta ampun. Tak ada satupun kelompok Islam sejak jaman Nabi Muhammad yang melakukan kejahatan manusia begitu rupa sebagaimana ISIS melakukannya saat ini. Cenderung membunuh Muslim Dari track record aktifitasnya, ISIS seolah segaja diciptakan hanya untuk membunuhi kaum Muslim tewas dibantai ISIS. ISIS dengan bangga memamerkan tangannya yang penuh lumuran darah para pembaca Syahadat, nauzubillahi min dzalik, tunjukanlah yang beragama Islam bahwa Islam adalah agama yang ramah dan anti-kekerasan.
Mereka lebih kejam dari kelompok radikal mana pun mereka akan lebih sadis jika dibandingkan dengan teroris Bom Bali, bagaimana tidak ISIS membunuh orang-orang Muslim juga dengan alasan tidak sependapat dengan aksinya.
Para ulama dan kelompok ekstremis lain kemudian mencap ISIS sebagai penganut khawarij, yakni konsep pengkafiran orang-orang di luar paham yang dianut oleh kelompok tertentu. Salah satu bukti yang menguatkan tuduhan ISIS sebagai penganut khawarij adalah tindakannya yang mudah mengkafirkan pihak lain tanpa pandang bulu. Bagi ISIS, menghalalkan darah pihak-pihak yang kontra dengannya adalah hal yang benar, sekalipun lawannya adalah Muslim. Tidak heran mengapa ISIS mudah sekali menghukum mati orang-orang di luar kelompoknya.
ISIS bisa dikatakan Bughat atau pembangkang di Negara Irak, semestinya wajib di bunuh jika tidak ingin mengikuti pemerintahan di Negara Irak, sedangkan isis sedang berperang melawan pemerintahan Irak dan banyak mengambill alih sejumlah kota di Negara tersebut.
ISIS telah mengancam akan menghancurkan setiap tempat-tempat suci yang dianggap tidak Islami.
Ledakan di makam Yunus itu terjadi pada hari yang sama saat delapan orang tewas dan dua lainnya luka-luka ketika jet tempur Irak mengebom sebuah toko di lingkungan Al-Dubat, kata Dr Mohammed Fadel, direktur rumah sakit utama Mosul. Mereka pun telah menghancurkan 8 tempat ibadah SUNNI (sesuai dengan Syariat Islam) mereka memang bukan Islam hanya labelnya saja yang Islam tetapi aliran Islam Sunni yang toh sesuai dengan syariat malah dihancurkan beberapa tempat Ibadahnya di Mosul.
Mereka (ISIS) bukan Islam. Meskipun ucapan mereka Allah Akbar, biar pun ucapan mereka Lailahaillallah, Allah tidak peduli dengan ucapan mereka. Allah hanya peduli dengan hati dan bagaimana perbuatan mereka, ISIS sama sekali tidak mencerminkan hati seorang muslim. Orang Islam, kata dia, sangat menjunjung tinggi akhlak, persaudaraan, perdamaian, solidaritas dan kemakmuran bersama.
ISIS itu bukan Islam, mereka akarnya itu Amerika, sengaja dibentuk untuk menghancurkan Islam, ISIS kelompok yang melanjutkan misi barat untuk menjelekkan Islam di mata dunia, dengan propaganda dan tindakan keji mengatasnamakan Islam. Sehingga sebagian orang mulai terpengaruh dan makin takut ketika mendengar kata syariat Islam. Padahal tindakan ISIS dan Islam sangat bertolak belakang.



DAFTAR PUSTAKA

regional.kompas.com/read/2015/04/10/19553281/Hidayat.Nur.Wahud.selain.Radikalisme.Separaratisme.juga.Harus.Diperhatikan.html




http://muslimina.blogspot.com/2014/08/inilah-9-keaneha gerakanisis.html#sthash.2nyeAfas.dpuf





[1] a b "Islamic State". Australian National Security. Australian Government. Diakses 22 July 2014.
[2] Hussain, Ghaffar (30 June 2014). "Iraq crisis: What does the Isis caliphate mean for global jihadism?". The Independent. Diakses 6 July 2014.
[3] Fernholz, Tim (1 July 2014). "Don’t believe the people telling you to freak out over this "ISIL" map". Quartz. Diakses 6 July 2014.
[4] Mamouri, Ali (29 July 2014). "Why Islamic State has no sympathy for Hamas". Al-Monitor. Diakses 1 August 2014.
[5] dakwatuna.com
[6] Hasyim Muzadi, Ketua Umum PBNU (Tempo.co, 1 Agustus 2014)

[7] Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Halaman 20.
[8] Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Halaman 91
[9] TRIPOLI, KOMPAS.com